Majapahit Menjajah Tanah Dayak (NAN SARUNAI USAK JAWA) Part 2

                                                              NAN SARUNAI USAK JAWA

         Kedatangan orang-orang Majapahit yang pertama terjadi di Kayutangi. Begitu Kayutangi berhasil ditaklukkan dan kebudayaan Hindu telah ditancapkan, mulai terpencarlah suku-suku Dayak ke pedalaman melalui jalan sungai dan daratan. Jadi, di Kayutangi inilah diperkirakan akhir jumpa dan perpisahan antara suku-suku Dayak. 
            Disinilah akhir kebersamaan dan awal perpisahan yang kemudian mempertegas lahirnya suku keluarga atau suku-suku baru. Artinya dari usul Kayutangi inilah yang memaksa orang-orang Dayak Ot dipisahkan dari saudaranya Dayak Ngaju, Ma’anyan, Dusun, Bakumpai, Taboyan dan suku lainnya. Orang Dayak Ot Danum dan Dayak Ngaju berpisah dari saudaranya dan eksodus menelusuri sungai Barito, sungai Kapuas, sungai Kahayan dan juga menyusur pesisir lalu memasuki sungai Arut, Lamandau dan sungai-sungai kecil lainnya. 
      Sedangkan keluarga Bakumpai, Ma’anyan, Dusun dan Lawangan pergi mudik meninggalkan negeri asalnya menelusuri sungai-sungai Barito, Tabalong dan anak cabang sungai yang masih dalam kitaran geografi yang sama.



Sejarah tradisional (traditional history) yang ditemukan pada suku Dayak Ma’anyan yang dijumpai dalam Taliwakas serta nyanyian para wadian (dukun) dengan tegas menyatakan bahwa “kontak” dengan Majapahit telah mengkibatkan kehancuran kerajaan orang Dayak. “Nan Sarunai Usak Jawa, begitulah episode papat mamang atau sumpah serapah dan caci maki itu ditembangkan dalam ratap tangis sejati. Begitulah pembacaan sejarah kejayaan Nan Sarunai yang dinista pendatang Jawa dari selatan. Begitu menyedihkan mendengarkan kidung wadian itu bertutur pilu merista kegetiran. Sungguh sangat menyakitkan. Apatah lagi tatkala fihak musuh kemudian dengan bangga mengangkat dan menobatkan Majapahit dan Gajah Mada sebagai Pahlawan Nasional Pemersatu Nusantara, semua itu tiada makna lain bagi suku Dayak (khususnya Ma’anyan) berikut generasi-generasi penerusnya kecuali air mata nanah dari sebuah derita abadi nan tiada akhir.

Comments

Popular posts from this blog

Objek Wisata Pemandian “RAWEN” Rawa Wendu Sanggu

Papaken – Buah Khas Kalimantan

Geologi dan Hidrologi di Taman Nasional Sebangau